KH Ahmad Mustofa Bisri atau yang karib disapa Gus Mus menyebut bahwa sederhana merupakan kunci untuk dekat dan tetap dimuliakan Allah SWT. Menurut Gus Mus, jika seseorang menjalani hidup dengan sederhana, maka pikirannya jernih dan moderat.
Demikian dikatakan Gus Mus ketika mengisi tausiyah pada Haul ke-20 KH Muslich di Perguruan Diponegoro Jalan Sunan Giri, Masjid Jami’ Al-Hidayah Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (19/1) malam. KH Muslich merupakan seorang pejuang pergerakan yang gigih dan tokoh Nahdlatul Ulama.
“Jadi sebetulnya kalau kita pengen dekat dengan Allah subhanahû wa ta’ala, pengen tetep dimuliakan oleh Allah subhanahû wa ta’ala mudah sekali. Kita tetap jadi manusia saja. Gak usah lagi pengen jadi macem-macem. Tapi syaratnya ya itu: sederhana,” kata Gus Mus.
Gus Mus sendiri mengaku mengetahui KH Muslich melalui KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan dr H Fahmi Djafar Saifuddin ketika dirinya ke Jakarta.
Bagi Gus Mus, KH Muslich merupakan sosok yang sederhana. Melalui kesederhanannya itu, membuat orang tidak banyak tahu bahwa KH Muslich merupakan seorang pejuang, kiai besar, dan pendidik.
“Itu hanya melihat (Kiai Muslich) saja, saya sudah mendapat ilmu banyak. Dari kesederhanaan, dari sikapnya kepada anak-anak muda, sikapnya kepada orang yang lebih tua, kesederhanaannya itu yang luar biasa. Jadi kalau orang ketemu kiai Muslich gak akan tau kalau beliau ini seorang pejuang, seorang kiai besar, seorang pendidik,” terangnya.
Selain kesederhanaan, KH Muslich juga disebut Gus Mus sebagai sosok yang memuliakan dan memanusiakan manusia. Hal itu tercermin dari sikap KH Muslich yang mau mendengarkan setiap omongan orang.
“Anak muda ngomong didengarkan dengan penuh perhatian. Orang gak begitu pintar ngomong dengan beliau, beliau sudah tau apa yang diomongkan, didengarkan,” ucapnya.
Menurut Gus Mus, kini sedikit orang yang memuliakan dan memanusiakan manusia seperti yang ditampilkan KH Muslich.
“Mempertahankan kemanusiaannnya saja sudah jarang, apalagi memanusikan manusia. Beliau ini memanusiakan manusia, tidak pandang bulu, asal dia manusia dimuliakan karena Allah memuliakan manusia. Silakan anda tanya kepada mereka yang menangi, mengalami, berjumpa dengan almarhum,” jelasnya. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)
dilansir dari www.nu.or.id
Post a Comment